Media

Berita, pengumuman dan informasi terkini tentang Grup APRIL

 Bagikan  Email  Cetak

Bagi kebanyakan perempuan Indonesia, memilih jalan hidup sebagai seorang wanita karir bukanlah pilihan yang mudah. Terlebih lagi ketika mereka memilih bekerja di lingkungan pabrik yang mayoritasnya dihuni oleh para pria, akan banyak tantangan yang harus dihadapi setiap harinya. Namun hal tersebut tidak membuat Itsna Lathifa menyerah mengejar mimpinya. Ibu dari dua orang anak ini, kini menjabat sebagai Acting Process & Pulp Product QA Area Head di PT Riau Andalan Pulp & Paper (RAPP).

Berbagai tantangan di dunia kerja berhasil Itsna lewati dengan baik. Salah satunya adalah ketika Itsna memulai karirnya di RAPP pada tahun 2005. Ketika pertama kali bergabung dengan RAPP, orang tua Itsna sempat kurang setuju, karena ketika itu Itsna bekerja di shift malam. Setiap pukul 23.00 WIB, Itsna selalu menelpon Ibunya agar tidak mengkhawatirkan keadaannya ketika bekerja di malam hari. Ibunda Itsna kerap kali cemas, dikarenakan yang bekerja shift malam kebanyakan laki-laki.

“Ibu saya cemas karena tidak biasa bagi seorang perempuan bekerja di malam hari. Padahal, di RAPP aman sekali dan fasilitasnya sangat lengkap”, kata Itsna.

The Fascinating World of Forestry (TFWoF) merupakan sebuah sebuah program edukasi interaktif  kehutanan pertama di Indonesia yang ditujukan bagi kalangan pelajar yang bertujuan untuk memperkenalkan generasi muda mengenai kehutanan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab melalui berbagai macam kegiatan.

Diinisiasi oleh APRIL, program TFWoF ini diikuti oleh para pelajar SMA dan universitas yang berasal dari Jakarta dan sekitarnya.

Salah satu kegiatan utama program ini adalah school visit dengan berkunjung ke sekolah-sekolah serta mengundang pembicara yang ahli di bidang kehutanan yang berasal dari APRIL. Mereka secara mendalam akan membahas mengenai tantangan yang dihadapi ketika bekerja di dunia forestry sekaligus peserta mendapat pengetahuan mengenai pengelolaan hutan di Indonesia secara berkelanjutan, dan pentingnya kolaborasi dan dengan sistem kemitraan.

Melalui program ini, APRIL juga mengajak para peserta untuk mengikuti kunjungan lapangan selama dua hari satu malam. Kunjungan ini tentunya menarik bagi para peserta TFWoF, karena mereka dapat melihat dan mengetahui secara langsung tentang operasional pabrik pulp dan kertas  yang berada di Provinsi Riau.

Pada tahun 2015 APRIL merintis Program Desa Bebas Api sebagai upaya mencegah kebakaran dan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai dampak negatif membuka lahan dengan membakar.

Pada tahun itu APRIL mencapai  berhasil mengurangi 90% kejadian kebakaran di beberapa desa yang ikut serta dalam  program tersebut.

Pada tahun 2016 program Desa Bebas Api terus berkembang dan beberapa perusahaan turut bergabung dengan mendirikan Aliansi Bebas Api.

Aliansi Bebas Api merupakan kelompok perusahaan di sektor perhutanan dan pertanian yang secara sukarela bekerja sama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat serta mitra lainnya untuk mencari solusi bagi masalah api dan asap yang muncul karena kebakaran lahan, melalu cara yang mengutamakan pendekatan pencegahan terjadinya api dan asap.

Mungkin dalam benak pikiran kita akan muncul pertanyaan, “untuk apa sebuah perusahaan kertas dan pulp, membuat program pelatihan bercocok tanam sayur mayur dan ternak hewan untuk para siswa SMK? Bukankah hal tersebut sedikit melenceng dari bisnis utamanya.

Namun hal ini lah yang dilakukan APRIL untuk para siswa SMK di Pangkalan Kerinci dan sekitarnya. Selain bertujuan untuk menciptakan sumber daya manusia yang lebih berkualitas, APRIL juga berusaha mendukung program peningkatan mutu pendidikan yang tercantum pada poin ke empat, di dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan milik Persatuan Bangsa-bangsa.

Melalui program Praktek Kerja Lapangan Siswa SMK, para siswa tersebut diberikan kesempatan untuk melakukan praktik kerja lapangan di Balai Pelatihan dan Pengembangan Usaha Terpadu milik APRIL selama tiga bulan.

“Para siswa akan diajarkan untuk bisa menganalisis usaha (pertanian atau peternakan) yang mereka jalani, hingga akhirnya mereka akan menjual hasil panennya tersebut,” ujar Gading, selaku Community Development Coordinator Mill dan Pelabuhan.

 Bagikan  Email  Cetak