Pelajari Kebakaran Hutan dan Lahan Ke Negara Paman Sam
- Detail
Riana Ekawati, Fire Awareness Community Coordinator APRIL, selalu tertarik untuk mengikuti pelatihan terkait sustainability. Tujuannya tidak jauh-jauh dari bidang profesional yang ia geluti, Riana ingin menemukan solusi jangka panjang bagi masalah kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, termasuk upaya penanggulangannya sejak dini.
Hingga di tahun 2019, Riana terpilih untuk mengikuti program pelatihan yang diselenggarakan oleh Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI) Professional Fellowship, untuk tema Sustainable Development and the Environment.
Untuk dapat tembus ke dalam program pelatihan bergengsi yang seluruh biaya perjalanannya ditanggung oleh pemerintah Amerika Serikat tersebut, setiap peserta harus mengirimkan esai mereka, tentu saja dengan tema yang relevan. Di awal tahun 2019, ketika awal mendaftar, Riana memutuskan untuk mengirim esai mengenai hal yang begitu ia pedulikan, yakni Program Desa Bebas Api (Fire-free Village Program).
Riana pun berhasil mengalahkan 800 pendaftar dan menjadi salah satu dari tiga perwakilan Indonesia yang terpilih mengikuti program yang membawanya ke Seattle selama enam minggu. Bagi APRIL yang selalu mengedepankan people development untuk setiap karyawannya, hal tersebut bukanlah masalah, Riana mendapatkan restu dari manajemen untuk berangkat mengikuti pelatihan ke negeri Paman Sam.
Di sana, ia bertemu dengan banyak ahli dan tenaga profesional yang memiliki ketertarikan serta pengalaman di bidang lingkungan hidup dan sustainability. Riana banyak berdiskusi, melakukan peninjauan lapangan dan melihat langsung bagaimana para tenaga profesional di sana bekerja sama dengan pemerintah dan masyarakat untuk menyelesaikan masalah lingkungan secara berkelanjutan.
Tentu saja masalah lingkungan di Seattle cukup berbeda dengan yang biasa Riana hadapi di Indonesia. Di sana, masyarakatnya lebih banyak bergelut dengan bencana alam seperti gempa bumi, banjir, hingga badai salju.
Fokus Riana terhadap kebakaran lahan dan hutan bukan lagi masalah lingkungan yang kerap terjadi di Seattle, masyarakat di sana sudah lama menemukan solusi bagi permasalahan tersebut.
"Di sana, ada program yang diberi nama Resilient Community. Itu adalah program jangka panjang untuk menciptakan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap isu-isu lingkungan maupun risiko akan bencana alam. Namun, yang paling menarik dari program ini adalah bagaimana pembentukan kesadaran itu juga banyak menyasar generasi muda di sana," terang Riana.
"Dengan program ini, terciptalah masyarakat yang tangguh dalam menghadapi bencana alam, bukan hanya generasi ini saja yang tangguh namun juga generasi selanjutnya. Program ini bahkan menyediakan guru khusus untuk melakukan sosialisasi bagi anak-anak SD hingga SMA," lanjutnya.
Riana melihat bahwa program Resilient Community adalah sesuatu yang dapat dibawa pulang dan diadopsi di Indonesia.
"Bahkan sebenarnya APRIL sudah melakukan hal seperti ini untuk penanggulangan kebakaran hutan dan lahan, yakni melalui komik Alam dan Bunga yang kita buat dan bagikan untuk anak-anak SD di Kabupaten Pelalawan," ujar Riana.
Ia pun menambahkan bahwa selama pelatihan, manajemen mengizinkannya untuk membawa contoh komik Bunga dan Alam ke Seattle.
Komik Bunga dan Alam adalah medium yang dibuat oleh tim program Masyarakat Peduli Api untuk mengedukasi para siswa. Komik-komik tersebut dicetak dalam jumlah yang banyak dan didistribusikan kepada para siswa sekolah.
Komik yang mengusung tagline “Bebas Asap itu keren!” menampilkan dua karakter, yaitu Bunga dan Alam – yang mengajarkan tentang dampak buruk dari kebakaran lahan dan pentingnya tindakan pencegah kebakaran.
Di sana, ia memperlihatkan komik tersebut dan mendapat banyak pujian.
Riana pun berkesempatan untuk berdiskusi dengan beberapa lembaga yang berkecimpung dalam permasalahan lingkungan di Seattle, seperti Manajemen Bahaya di Militer Washington, Environment Protection Agency (EPA), Spesialis Perubahan Iklim, dan beberapa lembaga lainnya.
"Mereka sangat mengapresiasi komik ini dan mereka sangat mendukung APRIL untuk melanjutkan upaya ini," ucapnya.
Pengalaman singkat di Seattle bersama YSEALI Professional Fellowship merupakan kesempatan yang selalu Riana syukuri. Terlebih lagi karena dukungan penuh APRIL yang memberikannya kesempatan untuk pergi selama enam minggu.
"Pengalaman ini sangat berharga bagi saya. Banyak insights yang saya dapatkan yang membuat saya semakin yakin bahwa apa yang sudah saya lakukan bersama APRIL untuk menemukan solusi bagi masalah kebakaran hutan dan lahan adalah langkah awal yang tepat. Kami hanya perlu terus melakukannya agar dapat melihat hasilnya," tutur Riana penuh antusias.
Riana sendiri tergabung di dalam tim yang menggodok komik Alam dan Bunga sejak awal. Ia semakin yakin bahwa komik tersebut adalah bentuk implementasi Resilient Community yang hasilnya akan terlihat dalam 10 hingga 15 tahun ke depan.
Dari awal pembentukan konsep komik Bunga dan Alam, Riana sendiri yang membuat alur ceritanya, sementara itu seorang seniman grafis profesional ditugaskan untuk mengilustrasikannya ke dalam sebuah komik.
“Sejak awal, kami menyadari bahwa anak-anak sangat responsif jika ada sosok atau karakter unik yang diperkenalkan ke mereka,” ungkap Riana sambil menambahkan.“Karakter Bunga dan Alam di dalam komik ini, digambarkan sebagai seorang pahlawan yang melakukan pencegahan kebakaran.”
Bagi Riana, salah satu solusi bagi maraknya kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, khususnya di Riau, adalah untuk menanamkan kesadaran masyarakat bahwa perilaku tidak bertanggung jawab, sekecil apapun, dapat mengakibatkan kerugian besar yang dampaknya akan dirasakan banyak orang. Ia pun sadar, butuh suatu program jangka panjang yang konsisten untuk mewujudkan kesadaran tersebut.
"Saya yakin APRIL akan terus mendukung upaya setiap karyawannya yang mencoba memberikan kebaikan bagi masyarakat, negara, iklim, dan perusahaan," pungkas Riana.